ahmad saiful :
SEBELUM LAUT BERTEMU LANGIT
Karya: Eka budianta
Seekor
penyu pulang ke laut
Setelah
meletakkan telurnya di pantai
Malam ini
kubenamkan butir-butir
Puisiku
di pantai hatimu
Sebentar
lagi aku akan balik ke laut.
Puisiku –
telur-telur penyu itu-
mungkin
bakal menetas
menjadi
tukik-tukik perkasa
yang
berenang beribu mil jauhnya
Mungkin
juga mati
Pecah,
terinjak begitu saja
Misalnya
sebutir telur penyu
menetas
di pantai hatimu
tukik
kecilku juga kembali ke laut
Seperti
penyair mudik ke sumber matahari
melalui
desa dan kota, gunung dan hutan
yang
menghabiskan usianya
Kalau
ombak menyambutku kembali
Akan
kusebut namamu pantai kasih
Tempat
kutanamkan kata-kata
yang dulu
melahirkan aku
bergenerasi
yang lalu
Betul,
suatu hari penyu itu
tak
pernah datang lagi ke pantai
sebab ia
tak bisa lagi bertelur
Ia hanya
berenang dan menyelam
menuju
laut bertemu langit
di
cakrawala abadi
Judul: SEBELUM LAUT BERTEMU LANGIT
Penggarang: EKA BUDIANTA
ISI
: Puisi ini
menceritakan tentang seekor penyu yang tak kunjung lagi kembali ke pantai, ,danseekor
penyu yang ditelantarkan dibiarkan begitu saja oleh manusia,tukik’’ yang mau /
akan jadi besar ditelantarkan begitu saja. Entah apa yang dipikirkan, sehingga
mengghiraukan begitu saja tukik-tukik yang kesepian itu.
Parafrasa:
SEBELUM LAUT BERTEMU
LANGIT
Diwaktu yang senja seekor penyu kembali
pulang ke laut. Ketika malam tiba dan setelah penyu-penyu itu meletakan
telurnya ditepian pantai, sendirian tanpa teman. Malam ini
akankah hari kubenamkan sedikit demi sedikit butir-butir puisiku di
pantai hatimu. Ketika malam hampir hampir tengah malam dan itu sebentar
lagi, dan dia pun bersiap untuk pergi meninggalkan aku beberapa
detik lagi mereka akan kembali ke tengah laut.
Ketika lama aku menanti untuk melihat telur’’
penyu itu yang akan mungkin tidak lama lagi bakal menetas dan
aku ingat beberapa susahnya ibu penyu itusehingga dapat melahirkn menjadi
tukik’’perkasa,yang bakalmenjadi perenang handal yang
bakal berenang tidak kenal lelah berenang tanpa batas beribu mil jauhnya.
Dan berbu mil itumunggkin dari tukik’’ kecil itu ada yang mugkin dan juga
mati dan terombang ambing entah mengapadan begitu nekatnya, banyak juga
yang pecah dan terinjak injak begitu saja.
Nyarisnya misalnya banyak sekali butir’’
telur yang terhampar dimana-mana, entah mengapa dan bagaimana si induk penyu
itu tak kunjung kembali , yang dulu banyak menetas di daerah tertentu
dari pantai tersebu dan terkenang di hatimu dan hatiku. Banyak sekali
yang ada di pantai, tukik’’ kecilku yang tak kunjung juga kembali ke
laut ada yang lebih menetap di karang’’ dan jadi santapan binatang lain seperti
penyair yang mudik ke sumber matahari yang menggembala bahkan hingga ada
yang melalui desa dan kota’’ , dan juga ada yang di gunung
dan hutan sehingga itu dapat dengan cepat yang menghabiskan usianya. Kalau
misalnya bisa ombak dapat menyambutku dengan setiap hari pula aku
pasti akan segera dapat kembali dan akan kusebutkan namamu
pantai kasih. Dan sebagai tempat curhat, bahkan sebagai tempat kubenamkan
kata’’.indahku. yang dulu melahirkan aku sekarang yang tak tampak
lagi batang hidngnya dan bergeerasi yang lalu.betul sekali. Betul, suatu
hari penyu itu tak pernah dating lagi ke pantai sebab ia tak bisa lagi bertelur
ia hanya berenang. Dan menyelam menuju laut bertemu langit di CAKRAWALA ABADI.
Aku
Karya
Chairil Anwar, Sastrawan Angkatan 1945
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang pun merayu
Tidak juga kau
Takperlu sedu
sedan itu
Aku ini
binatang jalan
Dari kumpulan
yang terbuang
Biar peluru
menembus kulitku
Aku tetap
meradang menerjang
Luka dan
bisa ku bawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Apresiasi Puisi
Judul : aku
Penulis :
Cairil Anwar
Isi puisi :
Puisi ini bercerita tentang seorang pahlawan yang diceritakan dengan inisial
“aku” di dalam puisi ini, ia tidak bisa dirayu untuk mundur oleh siapapun. Ia
tak perlu menangis karena hal pesele yang dihadapinya, seperti hanya hewan buas
yang terbuang. Walaupun kulitnya terluka terkena peluru, ia tetap berteriak dan
berlari hingga ia hilang dan pedih peri terasa, ia tak peduli dengan semua ini,
karena hidupnya ingin seribu tahun lagi
AKU
Kalau saja hiduoku hanya sampai
saat ini, tak akan ku sia-siakan waktuku ini. Tapi ku tak bisa dan aku
tidak mau walaupun takkan seorang pun kan merayuku,
dan tidak terkecuali juga kau
Aku tak
akan perlu menangis sedan sedu seperti itu. Aku ini
seperti hanya binatang yang jalang, seperi dari hutan yang
kumpulan seadanya lalu terbuang sia-sia
Biar saja peluru itu
menembaku dan menembus kulitku ini, aku tak peduli, karena aku
kan tetap berteriak dengan suara meradang dan berlari seperti menerjang
ombak. Luka dari peluru panas ini masih kutak rasakan dan masih bisa
kubawa untuk berlari. Aku kan tetap berlari. Hingga
semua kan hilang tanpa pedih dan peri terasa. Dan perlu
kau tau, aku pun akan terasa lebih suka tidak peduli
tentang semua ini, karena aku mau hidupku terasa lebih lama, kalau perlu
seribu tahun lagi ku kan disini
Ahmad Faizal :
PUISI:
MENYESAL
Pagiku
hilang sudah melayang
Hari
mudaku sudah pergi
Sekarang
petang datang membayang
Batang
usiaku sudah tinggi
Aku
lalai dihari pagi
Beta
lengah di masa muda
Kini
hidup meracun hati
Miskin
ilmu, Miskin harta
Akh,
apa guna ku sesalkan
Menyesal
tua tiada berguna
Hanya
menambah luka sukma
Kepada
yang muda ku harapkan
Atur
barisan di pagi hari
Menuju
ke arah padang bakti
Judul:
Menyesal
Pengarang: A. Hasymi
Isi : Puisi ini menceritakan tentang seseorang
yang menyesal pada saat hari tua, bahwa dia menyia-nyiakan hari mudanya. Dan dia berpesan pada para
remaja agar tidakmenyia-nyiakan masa mudanya.
PARAFRASA:
Pada saat itu, Pagiku hilang
aku sudah tidak tau kemana. Apakah hilang dibawa melayang oleh
angin. Dan pada hari itujuga masa mudaku. Sudah tak tahu
lagi kemana perginya. sekarang hari petang pun datang dan gelap pun membayang.
Batang kayu tu, sudah melebihi usiaku dan sudah tumbuh tinggi dan besar.
Aku
lalai di suatu hari, pagi itu beta lengah dan
lemah di masa mudaku. Kini hidupku sudah berantakan, bahkan aku meracuni hati orang tuaku sendiri. Kini hidupku
pun miskin ilmu dan miskin harta.
Akh,
apa gunanya aku sesalkan itu semu. Menyasal pada hari tua itu tiada berguna.
Akan hanya menambah luka yang ada dalam sukma.
Kepada
para remaja yang usiaya masih muda ku harapkan untuk mengatur
barisan dan di pagi hari untuk menuju ke arah padang dan
berbaktilah kepada orang tuamu.
Rinto Efendi :
Puisi Asli
Tak Sepadan
Aku
kira
Beginilah
nanti jadinya
Kau,
kawin beranak dan berbahagia
Sedang
aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi
Eros
Aku
merangkaki dinding buta
Tak
satu juga pintu terbuka
Jadi
baik juga kita padami
Unggunan
api ini
Karena
kau tidak ‘kan apa-apa
Aku
terpanggang tinggal rangga
Judul :
TAK SEPADAN
Pengarang :
Charil Anwar
Isi : Puisi ini
menceritakan tentang seseorang yang
ditinggal oleh orang yang dia sayang , orang itu menjadi orang susah sedangkan
seseorang yang meninggalkannya hidup dengan bahadia. Orang itu berusaha untuk
merubah nasibnya namun tetap tak bisa.
PARAFRASA PUISI
TAK SEPADAN
Dulu aku kira
akan beginilah jadinya. Kau kawin dengan seorang laki-laki dari
pulai lain. Setelah berbulan-bulan
kalian menikah akhirnya kalian mempunyai anak dan akhirnya hidup
berbahagia.
Sedangkan aku
mengembara kesana kemari serupa ahasveros, yang dikutuk dan disumpai oleh Eros. Aku merangkaki
dinding buta yang Sangat tingggi dan
kuat. Tak satu pun juga pintu terbuka. Jadi baik juga
kita padami unggunan api ini. Karena kau tidak akan apa-apa bersama orang yang kau sayangi, kau akan
hidup bahagia selamanya, sedangkan Aku hidup terpanggang tinggal
rangga.
Falah Iman Laksono
MENYESAL
Pagiku hilang sudah
melayang
Hari mudaku sudah
pergi
Sekarang petang
datang membayang
Batang usiaku sudah
tinggi
Aku lalai dihari pagi
Beta lengah di masa
muda
Kini hidup meracun
hati
Miskin ilmu, Miskin
harta
Akh, apa guna ku
sesalkan
Menyesal tua tiada
berguna
Hanya menambah luka
sukma
Kepada yang muda ku
harapkan
Atur barisan di pagi
hari
Menuju ke arah padang
bakti
Judul: Menyesal
Pengarang: A. Hasymi
Isi : Puisi ini menceritakan tentang seseorang yang menyesal
pada saat hari tua, karena dia sudah menyia-nyiakan hari mudanya. Dan dia berpesan pada para remaja
agar tidak menyia-nyiakan masa mudanya.
PARAFRASA
PUISI
Di suatu pagi terdapat hilangnya
burung-burung,aku sudah terbangun .ku tak tahu burung-burung hilang dibawa melayang
oleh angin.hari ini adalah hari dimana masa mudaku ,sudah tak tahu lagi kemana
perginya.sekarang hari petang pun datang.aku membayangkan batang usiaku
terasa sudah tumbuh tinggi.aku lalai di
suatu hari.pagi itu terdapat beta lengah yang ada di masa idupku.kini hidupku
sudah tak beraturan,aku sudah bersalah karena aku sudah meracuni hati
orang-orang yang tak berdosa sehingga ku sekarang miskin ilmu dan miskin harta.
Akh,betapa
menyesalnya aku apa gunanya ku seselkan itu semua .menyesal di usia tua tiada
berguna,hanya saja akan menambah luka pada hati yang dalam di sukma.kepada
seseorang yang usianya masih muda kuharapkan untuk mengatur barisan di pagi
hari untuk menuju kea rah padang dan berbaktilah pada yang kuasa dan janganlah
menambah dosa.
KUKUH ANUGRAHAYU
PUISI
AKU
Kalau
sampai waktuku
Ku
mau tak seorang kan merayu
Tidak
juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya yang terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang dan peri
Dan
aku akan lebih tidak peduli
Aku
mau hidup seribu tahun lagi
Pengarang:
Chairil Anwar
Isi:
pusi ini menceritaka tentang seorang pahlawan yang terlahir dari keluarga yang
sederhana yang terus berjuang dan selalu berjuang
PARAFRASA PUISI
AKU
Jikalau sampai waktuku tlah tiba dan tlah menjadi orang yang jaya,
dan diri ku mau hingga tidak ada seorang pun yang kan merayu dan
terus merayu ku dan tidak terkecuali juga kau. Seharusnya dikau tak
perlu sedu sedan seperti itu. Tetapi aku ini hanyalah seekor binatang
yang jalang yang telah kehilangan segala mimpi-mimpi, dan aku sadar,
diriku ini hanya dari kumpulannya yang telah terbuang. Dan kini
biarlah peluru menembus kulitku yang kasar dan pecah-pecah ini, tak
mengapa aku tetap meradang menerjang semua kegagalan yang telah
kuperbuat selama ini. Semua luka dari semua orang yang telah aku sakiti dan
hanya bisa ku bawa berlari. berlari tanpa sebuah tujuan hingga
hilang pedih peri dari semua orang yang telah kusakiti. dan kini aku
akan lebih tidak peduli . Aku mau hidup seribu tahun lagi untuk
mengulang dan memerbaiki semua kesalahan yang telah kuperbuat selama ini.